Antara Mbojo Dan Bima
Wilayah yang terhampar indah di ujung timur pulau Sumbawa
ini memiliki dua nama yaitu Mbojo dan Bima. Nama “ Mbojo “ lebih dulu ada
daripada “ Bima “. Nama Mbojo telah bersemi dalam tutur masyarakat jauh sebelum
nama Bima yang terilhami dari nama tokoh dalam hikayat Sang Bima. Satu sumber
menyebutkan bahwa nama Mbojo berasal dari kata “ Babuju “. Babuju adalah tanah
ketinggian busut jantan yang besar. Babuju adalah tanah tempat pelantikan para
Raja Bima yang disebut dengan Dana Ma babuju yang kemudian mengalami perubahan
pengucapan menjadi Mbojo.
Sumber
lain menyebutkan bahwa nama Mbojo berasal dari “ Bojo” yang berarti istri.
Dalam pengucapan Jawa, kata Bojo diucapkan dengan mBojo. Hal itu didasari oleh
pernikahan Sang Bima dengan Putri Tasi Sari Naga. Untuk menghormati istrinya
selaku pemilik awal daerah yang dikuasakan kepadanya (Parthiwi), ia
mengabadikan nama atau sebutan kepada istrinya atau bojonya dengan nama Mbojo.
( Abdullah Tayib, BA : 44-45 ).
Muslimin
Hamzah menyebutkan bahwa Mbojo adalah nama asli atau nama kuno Bima. Penamaan
Bima tentu mengacu pada nama tokoh Sang Bima. Helius Syamsuddin memperkirakan
Mbojo berganti dengan Bima pada abad ke-14 dan bahkan lebih awal lagi yaitu
pada masa Raja Darmawangsa di Jawa pada akhir abad ke-10 hingga awal abad
ke-11. Ada juga prediksi bahwa Bima sudah ada pada abad ke-8 bersamaan dengan
kerajaan Mataram Hindu di Jawa atau abad ke-11 pada masa pemerintahan Raja
Airlangga.
Dalam
hipotesa Abdullah Tayib, BA, sebelum kedatangan Sang Bima, sesungguhnya para
ncuhi telah membentuk satu federasi Ncuhi yang dipimpin oleh Ncuhi Dara.
Federasi ini kemudian diberi nama dengan “ Dari Mbojo”. Federasi inilah menurut
Abdullah Tayib sebagai kerajaan Mbojo dengan nama “ Dari Mbojo” yang membagi
wilayah kekuasaan dengan titik sentral teluk Bima. Ncuhi Dara sebagai penguasa
wilayah tengah menjadi pimpinan federasi. Ncuhi Dorowuni sebagai penguasa
wilayah timur menjadi Bicara Mbojo. Ncuhi Parewa di selatan, Ncuhi Banggapupa
di utara dan Ncuhi Bolo di barat.
Kapan
nama Mbojo berubah menjadi Bima ? Secara tekstual, nama Bima mulai muncul pada
tahun 1365 dalam lontar Negarakertagama, di dalamnya disebut juga Dompo(
Dompu), Sapi (Sape),Sang Hyang Api ( Pulau Sangiang) dan wilayah-wilayah
lainnya. Sementara itu, Wisamarta penulis Hikayat Sang Bima mengakui bahwa dia
lah yang memberikan nama Bima. Dalam hikayat itu disebutkan “ ia juga
dinamainya negeri Mbojo itu Bima, maka termasyhurlah kepada segala negeri dan
kepada segala dagang-dagang Bima namanya sampai sekarang ini “ ( Loir :
52).Muslimin Hamzah membantah pengakuan Wisamarta yang sangat tidak masuk akal.
Pasalnya Bima sudah kondang jauh sebelum itu.
Hingga
saat ini, nama Mbojo dan Bima masih dipergunakan dalam tutur masyarakat maupun
dalam tradisi tulis. Contoh yang sudah baku dan sering ditulis dan diucapkan
dalam komunikasi sehari-hari tengah masyarakat antara lain Dana Mbojo berarti
tanah Bima, Nggahi Mbojo berarti bahasa Bima, dou mbojo berarti orang bima,
jara mbojo berarti kuda bima. Sebaliknya akan menjadi janggal dalam percakapan
sehari-hari jika dibalik tanah mbojo, bahasa mbojo, orang mbojo, maupun jara
bima.
Bima
telah menjadi nama resmi wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima.Dalam segala
bentuk administrasi pemerintahan maupun artikel-artikel nama Bima sudah sangat
populer. Sementara Mbojo tetap lestari dalam keseharian tutur masyarakatnya.
Mbojo dan Bima adalah dua nama yang akan tetap abadi dalam peradaban
masyarakatnya.
Penulis : Alan Malingi
Sumber
:
1. Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah
1. Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah
2. Sejarah Bima Dana Mbojo, Abdullah Tayib, BA
3. Sang Bima Mitos Atau Realitas ? Helius Syamsuddin.
4. Cerita Asal Bangsa Jin Dan Segala Dewa-Dewa, Henry Chambert Loir
5. Bo Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima, Henry Chambert Loir Dan Siti Maryam Salahuddin.
Post a Comment