Peribahasa Bima
Saya kembali mendampingi para peneliti dari Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat yang dalam dua hari tanggal 23 hingga
24 April 2018 kami melakukan
inventarisasi Peribahasa Bima. Hasil sementara, kami berhasil mengumpulkan 150
peribahasa Bima disertai arti dan maknanya yang digali dari berbagai ungkapan
dan pengalaman hidup masyakat Bima selama berabad abad lamanya.
Peribahasa adalah bagian dari
tradisi tutur yang terus hidup melampaui batas zaman. Tidak diketahui kapan dan
dimana ungkapan peribahasa ini lahir, namun yang
pasti peribahasa lahir dari pengalaman dan kristalisasi nilai nilai yang ada di
tengah masyarakat. Perumpamaan antara sikap hidup seseorang dengan alam sekitar
diungkapkan melalui peribahasa yang indah. Misalnya seseorang yang pemalas
diibaratkan dengan " Mapu Keto Sahe " atau lembek seperti Ekor
Kerbau.
Contoh lain adalah Mpori Ma Lao raka Jara yang berarti rumput yang
mendatangi kuda sebagai perumpamaan perempuan yang mendatangi laki laki.
Seseorang yang tidak berdaya diibaratkan dengan " Bune Wele Ma Bisa
Kadarina" yang berarti Seperti layang layang yang putus Teraju. Seseorang
yang suka menolong diungkapak dengan " Neo Rima Ra Edi " atau ringan
tangan dan kaki. Orang yang menantang penguasa diibararkan dengan " Pepa
Woi Cila " atau mendebik mata parang. Masih
banyak lagi contoh peribahasa Bima yang masih perlu terus digali dari
pengalaman dan kearifan hidup masyarakat. Peribahasa lahir dari pengalaman dan
pengalaman lahir dari perjalanan panjang peradaban Mbojo.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment