Sejarah Dan Versi Nggusu Waru


Masih menurut Massir Abdullah, dimensi Nggusu Waru setelah islam berubah kepada sifat kepribadian manusia sesuai tuntunan Alquran dan hadist yaitu Taqwa, londo dou atau keturunan, loa ro bade atau pengetahuan, ruku ro rawi atau tingkah laku, nggahi ro eli atau tutur kata, mori ra woko atau kehidupan, Mbani ro disa atau keberanian dan Toa atau taat.
Nggusu Waru menurut M.Saleh Abdullah yang diwawancarai 12 September 1995 adalah Taqwa, Ntau Ilmu atau berilmu, Taho Parange atau sopan santun, Fiki Dou Ma Ore atau memikirkan orang banyak, Londo ro mai atau keturunan, Mori Ra Woko atau kehidupan, sabua nggahi sabua rawi atau satu kata dan perbuatan dan Mbani ro disa atau keberanian.
Nggusu Waru menurut Abubakar Ismail yang diwawancarai pada tanggal 19 September 1995 adalah taqwa, londo dou atau keturunan, loa ro bade atau pengetahuan, ruku ro rawi atau tingkah laku, nggahi ro eli atau tutur kata, mori ra woko atau kehidupan, mbani ro disa atau keberanian dan To'a atau taat.

Al Ma'rif ( 2011 :110-111) yaitu Dou ma dei ro paja ilmu( berilmu pengetahuan), dou ma dahu di ruma( orang yang takut kepada tuhan), dou ma taho ruku ro rawi( orang yang baik tingkah laku), londo ro mai( keturunan), dou ma dodo tando tambari kontu( orang yang melihat kedepan dan tengok ke belakang), dou ma mbeca wombo( basah kolong rumah atau kaya), dou ma sabua nggahi labo rawi( orang yang satu kata dengan perbuatan) dou ma disa kai ma poda( berani karena benar.
Jawharat Al Ma rif ditulis oleh Haji Nurhidayatullah Al Mansyur Muhammad Syuju udin pada akhir April 1882. isi Jawharat Al Ma'rif berupa petunjuk, perintah dan larangan kepada sultan dan pembesar negeri sesuai tuntunan Alquran dan Sunnah dan di dalamnya memuat dasar dasar nilai sebagaimana tertuang dalam Nggusu Waru.
Serpihan kenangan perjalanan panjang filosofi Nggusu Waru kini masih dapat kita lihat baik dalam bentuk bangunan, motif tenun, motif ukiran hingga motif nisan. Di periode awal kesultanan Bima, filosofi Nggusu Waru sangat kuat hingga makam para pembesar pun bermotif Nggusu Waru seperti yang ada di Dana Taraha, pulau Kambing, makam Tolobali dan sebaran makam di sepanjang Ule hingga Kolo Kota Bima.
Nggusu Waru adalah konsep ide dan gagasan cemerlang dari leluhur Dana Mbojo bahwa pemimpin dan kepemimpinan itu harus memenuhi delapan butir sebagaimana yang tertuang dalam Nggusu Waru. Seorang pemimpin yang memenuhi delapan kriteria Nggusu Waru adalah luar biasa, namun di tengah godaan zaman hedonis saat ini cukuplah pemimpin yang memenuhi empat unsur yaitu taqwa, Beilmu pengetahuan, merakyat dan konsisten.
Penulis : Alan Malingi
Kontak WA : 08123734986
Post a Comment