Nada Rindu Dalam Rindo
Sambil
menanti Jambuta atau pesta pernikahan keluarga di Sape, saya menyempatkan waktu
bersilaturahmi dengan keluarga keturunan pemegang Tambur dan perlengkapan
atraksi Parise Buncu di dusun Pataha RT 05 RW 03 desa Buncu Kecamatan
Sape.Kunjungan saya pada sabtu 23 Juni 2018 disambut hangat oleh ibu Aminah (
70 tahun), Aisyah( 50 tahun) pelantun senandung Rindo dan Haya Bela yang biasa
mengiringi pernainan Parise. Saya juga menggali keterangan dari Bapak Hamsah (
50 tahun) tentang Rindo dan permainan Parise.
Saya juga
diberikan kesempatan untuk merekam dan mendokumentasikan senandung Rindo dan
Haya Bela. Dua senandung ini tidaklah terlalu sulit diterjemahkan jika
dibandingkan dengan senandung Kore, Arugele dan Belaleha di Sambori. Rindo
sepertinya berisi syair kerinduan kepada sanak keluarga yang pergi jauh. Tetapi
memang perlu diterjemahkan secara utuh kedua syair ini agar dapat diketahui isi
dan maknanya. Insha Allah saya akan posting video dan terjemahan senandung
Rindo dan Haya Bela ini.
Permainan
Parise adalah atraksi ketangkasan dengan menggunakan cambo atau cambuk unruk
menyerang dan atraksi menahan atau teta dengan menggunakan Teta atau tameng dan
Tende dari bambu. Mpa a Parise atau permainan Parise di Buncu diiringi oleh
Alat Musik Tambo atau Tambur disertai alunan senandung Haya Bela, rindo dan
senandung lainnya.
Kendala
terbesar dalam upaya pelestarian Mpa a Parise dan Rindo adalah regenerasi
pelantun Rindo dan Haya Bela. Generasi terakhir pelantun senandung ini adalah
almarhumag Hamidah atau Wa i Madu, orang tua dari ibu Aminah yang pada masa
lalu sering diundang ke Asi Mbojo untuk melantunkan Rindo.
Rindo dan
Mpa a Parise adalah salah satu kekayaan tradisi lisan yang dimiliki Dana Mbojo
yang perlu terus dilestarikan. Perlu proses regenerasi pelantun Rindo kepada
generasi muda untuk mencintai kesenian ini. Salah satu cara adalah dengan
menggelar lomba melantunkan Rindo di kalangan para pelajar.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment