Wura Rade
Wura rade adalah ziarah
kubur untuk mengingatkan kita kepada kematian seraya berdoa semoga mereka yang
telah pergi diampuni dosanya, dilapangkan kuburnya dan dijauhkan dari siksa
kubur. Tradisi Wura Rade di Bima dilakukan pada saat jelang puasa, jelang lebaran,
setelah shalat idul fitri dan idul adha dan saat saat tertentu. Pada momen
lebaran, Wura Rade juga menjadi ajang silaturahim antar sesama. Sanak saudara,
keluarga dan kerabat dari rantauan yang berlibur lebaran bertemu dan
bersilaturahmi.
Sebelum Wura Rade,
masyarakat Bima biasanya melaksanakan Japa Tanga Wura atau bersalam salaman
untuk saling memaafkan karena hendak memasuki bulan suci ramadhan. Jaba tanga
artinya berjabat tangan. Wura adalah bulan. Jadi Japa Tanga Wura adalah tradisi
bersalaman dan saling memaafkan ketika hendak memasuki bulan ramadan.
Tradisi Wura Rade juga
dikuatkan oleh sebait pantun di bawah ini : Auku didina dou ma made Haju Sarigi
tanda ncai saroga Na Ncuri ro o na samba a salela Dipoke sai ndai jabara'i Di
songko ara ndai Muhamma ( Apa pesan orang yang meninggal Kayu sarigi pintu
surga daunnya keluar setahun sehelai untuk dipetik oleh jibril Dijadikan kopiah
Arab oleh Muhammad) Selamat merayakan Idul Fitri dan menjalin silaturahmi yang
tiada putus.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment