Arujiki
Arujiki atau Rezeki adalah
karunia Allah SWT bagi kehidupan ummat manusia. Tetapi rejeki tidak mungkin
turun atau datang begitu saja tanpa ada ikhtiar atau usaha dari kita. Sikap
berpangku tangan, berdiam diri tanpa berusaha sangat dilarang. Rejeki seseorang
tentu bergantung pada ikhtiar dan usaha. Leluhur Dana Mbojo mengibaratkan
dengan satu ungkapan “ Arujiki Jimba Tiloa Weha Ba Mbe’e “ Jimba berarti
domba. Wati loa berarti tidak
boleh. Weha berarti ambil atau mengambil. Sedangkan Mbe’e berarti kambing.
Secara harfiah, ungkapan ini berarti rejeki Domba tidak bisa diambil oleh Kambing.
Makna ungkapan ini adalah rejeki seseorang tergantung usaha dan kerja masing-masing dan tidak
mungkin tertukar. Dengan kata lain, rejeki seseorang seirama dengan usaha dan
kerja keras masing-masing.
Untuk mendapatkan rejeki
yang halal dan berkah bagi kehidupan tentunya harus disertai dengan usaha.
Untuk hal ini, tetua Dana Mbojo memberikan motivasi dengan “ Warasi dama
wara di kadami “ . Kata Warasi berasal dari kata Wara yang
berarti ada. Kemudian mendapatkan tambahan si, maka berarti jika ada. Dama
berarti memegang. Di kadami berarti yang dicicipi atau dimakan. Warasi dama
wara di kadami secara harfiah berarti jika ada yang dipegang atau
dikerjakan, maka tetap ada yang dicicipi atau dimakan. Petuah dan motivasi ini
mengandung pengertian bahwa jika ada yang dikerjakan tentu ada yang didapatkan.
Ungkapan ini bermuatan hukum sebab akibat. Ada yang dikerjakan dan ada yang
dipetik hasilnya.
Masih berkaitan dengan
arujiki, para tetua juga sering mengingatkan dan memberikan motivasi agar kita
tetap selalu berusaha dan berikhtiar untuk masa depan dan kesejahteraan hidup
lahir dan batin. “ Warasi ra ngguda, wara dipoke “. Ungkapan ini berarti
jika ada yang ditanam tentu ada yang dipetik.
Filosofi ini tentu sangat berkaitan erat dengan kondisi alam Bima dan
mata pencaharian penduduk di bidang pertanian. Istilah “ Ngguda “ atau
menanam, poke atau petik, pako atau panen merupakan istilah yang umum sebagai
gambaran masyarakat agraris. Maka petuah pun menyesuaikan dengan aktivitas
keseharian masyarakat.
Dalam ajaran islam, Allah
SWT berfirman “Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas
bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6). Berkaitan
dengan usaha dan ikhtiar untuk mendapaatkan rejeki, Allah SWT juga menjanjikan “Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa
yang telah dikerjakannya” (QS. An-Najm: 39).Oleh karena itu, marilah kita
syukuri berbagai nikmat dan rejeki itu agar kita menjadi insan yang ikhlas. “… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Orang-orang yang
pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki
yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yg dapat
hidup bahagia, sejahtera dan tentram.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment