Misteri Kehidupan Di Pundu Nence
Hingga kini, puncak Pundu
Nence yang berada di ujung timur kelurahan Lelamase Kota Bima masih menjadi
surga bagi para petualang dan pendaki yang ingin bercengkarama dengan
kesyahduan dan keindahannya. Dari Punce( singkatan dari Pundu Nence) mata
menyapu semua wajah Bima hingga Sang Ancala Sangyang pun seperti berdiri
sejajar dengan kita di puncak Punce ini. Saya tidak menjelaskan tentang berapa
ketinggian dan bagaimana mencapai Punce, karena para petualang dan pendaki
sudah banyak menulis tentang hal ini dan event kebut Punce sudah mulai bergema
kemana mana.
Di Punce ada meriam, ada
cobek dari batu dan beberapa perkakas dari batu serta batu bersusun serta
tertata rapi. Banyak kalangan yang memprediksi bahwa di masa lalu ada kehidupan
yang perlu digali untuk sejarah tanah Bima.Berbekal rasa ingin tahu
tentang keberadaan benda benda di Punce, saya mendatangi Pak Mustamin( 70
tahun) warga dusun Kabanta. Mustamin menjelaskan bahwa orang orang Kabanta
berasal dari kampung yang dulu ada di Punce yaitu kampung Kuta atau Pagar Watu.
" Orang - orang kampung Kuta yang berada sebelum Nungga berasal dari sana."
Jelas Mustamin. Kuta dalam bahasa Jawa Kuno berarti Pagar. Kuta juga berarti
pagar dalam bahasa Bima. Pagar Watu adalah pagar Batu. Watu adalah Batu.
Hal senada juga diceritakan
oleh M.Said Nurdin( 74 tahun) Ketua Sanggar Seni Oi Besi kelurahan Lelamase. Di
Sebelah timur Punce terdapat tempat yang disebut Toho Roa. Tempat ini adalah
semacam peristirahatan yang berjarak setengah kilo dari Punce. Ada juga padang
rumput yang rata yang disebut Rata Naru. Berkaitan dengan keberadaan meriam,
M.Said Nurdin menjelaskan bahwa Meriam itu adalah peninggalan Portugis. Meriam
yang sebelah timur bernama Ruma Dewa, yang tengah bernama Palu Ale dan yang
sebelah barat bernama Nggali Nggoma. Nah, nama Nggali Nggoma ini sama dengan
nama meriam yang ada di benteng Asa Kota.
" zaman itu dikenal
dengan zaman ngemo dan gaib. Zaman lampa ndai na wadu, lampa ndaina haju.
" Cerita M.Said Nurdin. Zaman ngemo adalah zaman terbang, dengan kekuatan
gaib benda benda bisa terbang. Zaman itu batu dan kayu pun bisa berjalan. Cerita
yang sama juga saya dapatkan dari penjaga dan warga di sekitar benteng Asa Kota
bahwa batu yang tersusun rapi di nisa soma (lokasi benteng asa kota) itu bisa
terbang dan berjalan sendiri.
Jika tutur masyarakat
memberikan petunjuk bahwa di Punce pernah ada kehidupan, lalu siapa sebenarnya
peminpin kehidupan yang masih gaib dan misteri sampai hari ini?. M.Said Nurdin
menyebut kampung di punce dibangun oleh Ruma Ma Tureli Nggampo. Pemimpinnya
adalah Rato Ara. Nama Rato Ara juga disebut oleh Mustamin, warga Kabanta.
Siapakah Rato Ara? dalam
silsilah kerajaan Bima, Rato Ara adalah Putera dari Tureli Nggampo Bilmana,
perdana menteri kerajaan Bima pada masa Raja Manggampo Donggo yang mengantarkan
kerajaan Bima menjadi kerjaaan yang tersohor di nusantara timur.
Bilmana memiliki dua putera
yaitu La Mbila dan La Ara. Keduanya dititahkan sang ayah untuk melakukan
ekspansi wilayah kerajaan hingga ke Sumba, Alor dan Solor. Upaya itu berhasil
dan Bima memiliki kekuasaan wilayah hingga alor dan Solor. La Mbila akhirnya dijuluki
Ma Kapiri Solor atau yang menaklukan Solor. Rupanya La Ara tidak tertarik dalam
kekuasaan. Ia lebih tertarik menjadi pertapa. Dalam pohon silsilah raja Bima
naskah Abdullah Achmad, BA dengan judul Kerajaan Bima dan Keberadaannya diberi
keterangan bahwa Rato Ara yang bertapa di Pundu Nence. Rato Ara adalah pemuka
Agama. Tidak dijelaskan apa agama yang dianut saat itu. Kemungkinan agama yang
dianut saat itu bukanlah Hindu , tetapi ajaran Makamba Makimbi.
Antara keberadaan perkakas
kehidupan, meriam, batu bersusun, keterangan Mustamin dan M.Said Nurdin serta
keterangan dalam pohon silsilah kerajaan Bina, misteri kehidupan di Punce
sedikit terkuak. Mudah mudahan kupasan ini menjadi infornasi awal bagi para
peneliti selanjutnya, atau ada temuan lain yang lebih jelas dan berbeda dari
kupasan ini.
Tulisan ini sekedar mencoba
menguak misteri tentang keberadaan benda benda dan perkakas kehidupan di Punce
yang banyak ditanyakan oleh para pendaki dan para petualang. Semoga dapat
menjadi tambahan informasi tentang kebudayaan Mbojo.
Post a Comment