Kapal Waworada

Bo Sangaji Kai mencatat perjalanan Abdul Hamid ke Makassar pada tanggal 16 April 1792 menggunakan kapal Waworada. Perahu yang mengiringnya sangat banyak, termasuk kapal Sirat Al-Dunia yang ditumpangi Tureli Bolo,Tureli Donggo Abdul Nabi dan Fetor Bima(pejabat Belanda). Suasana dan alur pelayaran diuraikan secara rinci dalam BOSangaji Kai (BSK).Mereka singgah selama 6 hari di Batu Pahat (Wadu Pahat) untuk menanti saat yang baik. Maka pada tanggal 1 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 23 April 1792 layar diangkat, namun angin dan arus begitu cepat sampai segala perahu cerai berai dan Sultan mencapai Ujung Pandang pada tanggal 7 Mei 1792 tanpa iringan (BSK :Ixii).

BSK juga menguraikan tentang keakraban hubungan antara Gubernur Belanda dengan Abdul Hamid dengan berkeliling kota Makassar. Abdul Hamid bertemu dengan Karaeng Balasari, para pejabat Belanda dan saling menukar persembahan. Pada tanggal 5 Juni 1792 Sultan Abdul Hamid menerima surat dari Gubernur Jendral Di Batavia dan dibacakan langsung oleh Sultan Abdul Hamid dengan disambut 17 bunyi Meriam. Isi surat tersebut adalah tentang urusan rahasia orang-orang Inggris di Sumbawa. (BSK tidak menjelaskan apa urusan rahasia tersebut). Pada tanggal 13 Juni 1792, Sultan Abdul Hamid dan rombongan kembali naik ke kapal Waworada dan berlayar pulang ke Bima. Sebelas hari kemudian sampai di teluk Bima dan dielu-elukan secara besar-besaran. (BSK : Ixiii)
Penulis : Alan Malingi
Sumber : Bo Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima, Henry Chambert Loir & Siti Maryam R.Salahuddin.
Foto : ilustrasi kapal pinisi.
Post a Comment