
Masyarakat Bima menyebut gua gua dan bunker yang digali pada masa pendudukan Jepang dengan Karombo Nipo. Jika dihitung dan ditelisik dengan seksama
, maka jumlahnya bisa mencapai ratusan khusus di kota Bima dan kabupaten Bima Dari sekitar Bandara Sultan Muhammad Salahuddin saja terdapat lebih dari 10 Karombo Nipo. Di Lewa Mori terdapat 3 buah karombo, di sekitar Doro Belo terdapat 3 buah Dalam foto ini adalah karombo Nipo yang berada di sebelah selatan Doro Belo depan Bandara Sultan Muhanmad Salahuddin.

Di kota Bima juga terdapat puluhan Karombo Nipo yaitu 2 karombo di pantai Lawata. Satu karombo di sepanjang Amahami Lawata. 2 karombo di bukit Dewa Tula, 2 karombo di Dodu, dan di beberapa bukit lainnya. Karombo karombo ini sengaja digali sebagai lubang persembunyian dan juga penyimpanan amunisi. Disamping menggali Karombo, masyarakat juga diinstruksikan untuk menggali lubang persembunyian sendiri yang biasanya di bawah kolong rumah. Lubang ini sedalam satu setengah meter yang juga digunakan untuk mengeram atau Ibi Buah buahan seperti pisang dan mangga

Karombo Nipo tidak sekedar menjadi tempat persembunyian dari serangan udara sekutu yang membabi buta pada sekitar tahun 1943 hingga 1945, namun menyimpan romantika sejarah perjuangan masyarakat Bima menghadapi penjajahan. Keberadaan Karombo Nipo semestinya ditata dengan baik sebagai obyek wisata sejarah agar generasi kini dan akan datang mengetahui betapa daerah dan bangsa ini dibangun dengan cucuran keringat, darah dan derai air mata Karombo Nipo dibangun dengan sistim Romusya untuk memenuhi nafsu saudara tua menghadapi perang Asia Timur Raya. Bima, sebuah sejengkal tanah dihamparan ibu pertiwi adalah basis pertahanan Tentara Jepang. Ribuan pasukan Nipon ditempatkan di Bima menghadapi Serangan Lompat Kodok Sekutu dari Australia.
Salam,
Alan Malingi
Post a Comment