f Koko Janga Ruma Sehe - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Koko Janga Ruma Sehe

61237765_2231524233599175_5911144308160856064_nJika terdengar kokok ayam sebelum memasuki waktu subuh, masyarakat menyebutnya dengan " Koko Janga Ruma Sehe " atau Kokok ayam Ruma Sehe. Itulah yang berlaku di masyarakat Bima dan Dompu pada masa lalu,saat ini dengan tehnologi dan pengeras suara di tiap tiap masjid dan mushalla, istilah Koko Janga Ruma Sehe sudah hilang.




Para Syekh atau Ruma Sehe selalu bangun dini hari untuk melaksanakan berbagai ritual ibadah seperti mengaji, zikir dan Shalat Tahajjud. Maka Kokok Ayam pertama menjelang subuh itu diyakini sebagai suruhan Ruma Sehe agar warga bersiap melaksanakan shalat subuh berjamaah ke Masjid dan Mushalla.

Penghargaan masyarakat kepada syekh cukup tinggi dan sejajar dengan Raja/ Sultan. Maka dari itulah, sosok syekh dipanggil dengan Ruma Sehe.Ruma adalah Tuan. Sehe adalah Syekh.

Para Syekh yang sangat terkenal di Bima dan Dompu adalah Syekh Subuh( Subhi) penulis mushaf Al Quran La Lino yang saat ini menjadi koleksi museum Baitul Quran TMII. Syekh Abdul Gani Al Bimawi, imam masjidil Haram pada abad ke 19. Syekh Mansyur atau Sehe Jado Dompu, Syekh Mahdali atau Sehe Boe dan Syekh Muhammad yang juga guru darI Sultan Muhammad Salahuddin. Para Syekh ini adalah satu keturunan dan satu nasab yang menjadi tokoh panutan dan dikenal Karomah oleh masyarakat baik di Dompu maupun di Bima bahkan di luar negeri.

Koko Janga Ruma Sehe adalah cara dan tehnik dari para tetua untuk mendekatkan generasi kepada Islam dan Alquran. Karomah dari Ruma Sehe menjadi motivasi bagi masyarakat untuk belajar ilmu agama dan Alquran.Tetapi jika ada kokok ayam tengah malam, masyarakat Bima dan Dompu menyebut ada laki laki dan perempuan yang selarian atau dalam bahasa Bima disebut Londo Iha.

Bima, 25 Mei 2019

Salam,

Alan Malingi


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.