Lestarikan Kalondo Wei
[caption id="attachment_3115" align="alignnone" width="800"]
Ronamase.blogspot.com[/caption]
Salah satu dari rangkaian panjang prosesi peenikahan adat Bima adalah tradisi Kalondo Wei atau ada juga yang menyebut Kalondo Dou Di Wei. Kalondo berarti menurunkan. Wei adalah istri. Dou Di Wei adalah calon istri. Kalondo Wei adalah tradisi mengantar calon pengantin wanita ke Uma Ruka( Rumah Rias) atau bisa juga disebut Rumah Mahligai. Penganrtaran dilakukan untuk dihias.
Pada masa lalu, untuk mempersiapkan pernikahan, calon pengantin pria wajib membangun rumah sebagai persiapan untuk tinggal bersama istrinya. Rumah itulah yang digunakan sebagai Uma Ruka.
Prosesi Kalondo Wei biasa dilakukan pada malam hari.Ada juga yang melaksanakan pada sore hari. Calon pengantn wanita diusung dengan menggunakan kursi kayu yang dirias.Ada juga yang menggunakan pabule atau tandu khusus yang dirias. Prosesi pengantaran calon pengantin wanita dari kediamannya ke Uma Ruka diiringi kesenian Hadrah Rebana dan diikuti oleh para tetua adat, alim ulama, keluarga dan masyarakat.
Tradisi Kalomdo Wei masih lestari di beberapa kampung di Bima dan Dompu. Namun Tradisi ini kini sudah mulai langka. Maka perlu ada upaya serius untuk mengjidupkan kembali tradisi ini. Sudah saatnya pemerintah daerah menerbitkan ketentuan yang mewajibkan setiap kampung menyelanggarakan Kalondo Wei.
Filosofi dari Kalondo Wei adalah mengangkat harkat dan martabat wanita sebagai calon ibu rumah tangga yamg akan membina anak keturunannya kelak..Kalondo Wei adalah simbol penghargaan terhadap wanita
Salam,
Alan Malingi

Salah satu dari rangkaian panjang prosesi peenikahan adat Bima adalah tradisi Kalondo Wei atau ada juga yang menyebut Kalondo Dou Di Wei. Kalondo berarti menurunkan. Wei adalah istri. Dou Di Wei adalah calon istri. Kalondo Wei adalah tradisi mengantar calon pengantin wanita ke Uma Ruka( Rumah Rias) atau bisa juga disebut Rumah Mahligai. Penganrtaran dilakukan untuk dihias.
Pada masa lalu, untuk mempersiapkan pernikahan, calon pengantin pria wajib membangun rumah sebagai persiapan untuk tinggal bersama istrinya. Rumah itulah yang digunakan sebagai Uma Ruka.
Prosesi Kalondo Wei biasa dilakukan pada malam hari.Ada juga yang melaksanakan pada sore hari. Calon pengantn wanita diusung dengan menggunakan kursi kayu yang dirias.Ada juga yang menggunakan pabule atau tandu khusus yang dirias. Prosesi pengantaran calon pengantin wanita dari kediamannya ke Uma Ruka diiringi kesenian Hadrah Rebana dan diikuti oleh para tetua adat, alim ulama, keluarga dan masyarakat.
Tradisi Kalomdo Wei masih lestari di beberapa kampung di Bima dan Dompu. Namun Tradisi ini kini sudah mulai langka. Maka perlu ada upaya serius untuk mengjidupkan kembali tradisi ini. Sudah saatnya pemerintah daerah menerbitkan ketentuan yang mewajibkan setiap kampung menyelanggarakan Kalondo Wei.
Filosofi dari Kalondo Wei adalah mengangkat harkat dan martabat wanita sebagai calon ibu rumah tangga yamg akan membina anak keturunannya kelak..Kalondo Wei adalah simbol penghargaan terhadap wanita
Salam,
Alan Malingi
Post a Comment