f Pradaban Yang Tersingkir - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Pradaban Yang Tersingkir

Konflik Antar Klan Di Peradaban Awal Dana Mbojo

tarlawiTulisan ini adalah oleh oleh perjalanan saya bersama Tim Majelis Kebudayaan Mbojo( Makembo) saat melakukan kegiatan kemah budaya di desa Tarlawi kecamatan Wawo pad bulan Juli 2018. Saat itu saya melakukan serangkaian wawancara dengan para tetua tentang sejarah Tarlawi dan sekitarnya.




Pada masa lalu, kelompok orang orang Tarlawi, Kuta, Teta Dan Sambori mendiami pesisir teluk Bima. Orang Sambori menempati pesisir Talabiu, orang Kuta menempati pesisir Kolo, orang Teta menempati wilayah pesisir Ambali hingga Tala Piti dan Orang Tarlawi menempati pesisir pantai Mawu. Demikian hasil wawancara saya dan tim Makembo dengan Ketua Lembaga Adat Desa Tarlawi Drs.H.Yusuf Alwi.M.Si didampingi para Kepala dusun dan warga pada Sabtu malam 28 Juli 2018 di kediaman pensiunan Pengawas Pendidikan itu.

Dikatakannya, setelah orang orang luar dengan peradabannya yang lebih maju masuk ke tanah Bima, maka empat kelompok tersebut akhirnya menyingkir menyusuri lembah dan pegunungan dengan pola hidup nomaden dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Mereka akhirnya tiba di tempat baru di Tarlawi,Kuta, Teta dan Sambori. Khusus Sambori, Yusuf Alwi mengemukakan bahwa Sambori berasal dari Kata Sampori atau melepaskan diri dari kelompok induknya.

Mereka menyebut kelompok pendatang itu dengan sebutan "Saru" yang berarti musuh. Kenapa disebut musuh? karena orang orang pendatang itu menbawa adat istiadat yang tidak sesuai adat istiadat mereka dan pengetahuannya lebih maju daripada mereka.

Dari keterangan ketua lembaga adat tersebut, penulis memperkirakan bahwa proses penyingkiran itu terjadi pada saat kontak hubungan dengan peradaban luar seperti dariJawa dan wilayah lainnya di nusantara.

Dari sisi bahasa dan percakapan sehari hari, orang Tarlawi memiliki bahasa sendiri yang kini menjadi dialek. Penutur dialek ini masih banyak dan masih digunakan untuk berkomunikasi antar sesama Tarlawi. Tetapi jika dengan warga Mbojo mereka menggunakan Nggahi Mbojo atau yang dikenal dengan dialek sera suba yang menjadi dialek terbesar saat ini.

Kini desa Tarlawi telah banyak berubah.Hubungan kekerabatan juga telah terjadi pembauran melalui pernikahan campuran dengan orang orang luar. Meskipun demikian, tradisi berladang, weha rima dan cepe rima( gotong royong menggarap ladang), senandung belaleha.arugele, mangge ila, dan kalero masih dilestarikan. Meskipun kendala yang dihadapi adalah regenerasi pelantun senandung itu dan minimnya dana untuk revitalsiasi kesenian.

Salam,

Alan Malingi

Informan :

1. M.Sidik. 83 tahun. dusun Oi Temba Tarlawi.
2. Mardin Ama Fuji. 42 tahun Dusun Oi Nao Tarlawi.

Foto : kampung Tarlawi yang sudah gersang akibat penggundulan hutan untuk tanaman jagung.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.