Kearifan Menjaga Mata Air

M.Yusuf 60 tahun warga desa Kuta menceritakan bahwa pernah seseorang yang menebang pohon di sekitar parafu tanpa seijin keturunan pemegang parafu meninggal dunia setelah menebang pohon itu. Rusnah (30 tahun) dan Jalisah ( 45 tahun) warga dusun Lengge Sambori juga menceritakan setiap tahun Parafu dibersihkan dan yang membersihkannya adalah keturunan pemegang parafu. " Dulu sesajian dibawa ke Parafu berupa nasi, karodo( beras yang ditumbuk dan dicampur air dan gula), ayam bakar, pisang, siirh pinang dan aneka makanan)." Tutur Rusnah.
Makanan dan sesajian yang dibawa itu kemudian disantap bersama setelah kegiatan pembersihan parafu. Namun saat ini, aneka sesajian itu sudah tidak dipakai lagi. Keturunan pemegang Parafu mengajak warga untuk membersihkan Parafu secara gotong royong. Menurut saya, parafu dengan segala macam ancaman mistiknya adalah bagian dari bumbu kehidupan masa silam yang pada intinya adalah larangan untuk merusak mata air demi kelangsungan kehidupan mareka. Parafu adalah bagian dari kearifan tradisional bagaimana masyarakat menjaga titiik mata air dengan sugesti tertentu bahwa jika merusak maka akan berdampak badan dan kehidupan seseorang. Parafu terus menerus menjadi penjaga abadi antara mata air dan pola destruktif masyarakat yang merusak mata air.
Jika Parafu tetap dijaga, tetapi kenapa hutan dan gunung yang jauh dari parafu dibabat habis sehingga gundul seperti sekarang ini?.Seandaianya para leluhur mereka juga menetapkan parafu pada gunung dan hutan,mungkin saja penebangan liar dan perambahan hutan yang marak seperti sekarang ini dapat teratasi. Parafu hanya pada titik mata air tertentu dan sepanjang tahun tetap mengalir jernih. Kondisi alam di sekitar Parafu seperti Parafu Sanindi di dusun Lengge Sambori sangat asri. Pepohonan besar seperti beringin,bambu, Duwet dan lain lain tumbuh subur. Pemandangan yang sangat berbeda dengan di lereng lereng perbukitan yang gersang dan meranggas.
Salam,
Alan Malingi
Post a Comment