Tiga Mitos Dalam Seekor Kawubu

Kawubu tidak hidup di pepohonan sebagaimana burung lainnya. Burung ini hidup di tanah di hamparan ladang atau padang savana. Orang yang menangkapnya meletakan perangkap di tanah. Burung ini tidak terbang tinggi. Ketinggian terbangnya tidak sampai satu meter, tetapi sekali terbang bisa mencapai satu sampai dua kilometer. Hal inilah yang membuatnya sulit untuk ditangkap.
Budayawan Fahru Rizki menyebut Kawubu sebagai burung magis. Sediikitnya ada tiga keyakinan atau mitos yang ada dalam se ekor Kawubu. Pertama adalah menolak sihir.Warga Bima di pegunungan dan pedesaan meyakini Kawubu dapat menolak pengaruh jahat terutama sihir dan santet yang dialamatkan kepada rumah dan pemilik Kawubu. Kedua, dapat mencegah kebakaran dan musibah. Pernah ada cerita bahwa rumah pemilik Kawubu tidak terbakar padahal pada satu kompleks itu rumah rumag terbakar. Ketiga dapat membawa rejeki bagi pemiliknya.
Jika anda berjalan jalan di wilayah pinggir kota Bima atau di pedesaan, tanpak setiap rumah memiliki Kawubu. Ada yang nemiliki satu ekor bahkan ada yang memiliki beberapa ekor. Kawubu yang dipelihara adalah yang betina karena Kawubu betina lah yang berbunyi. Di kota Bima ada perlombaan Kawubu yang digagas oleh almarhun H.M.Noer A.Latief walikota Bima 2003-2009.
Harga Kawubu pun berfariasi mulai dari Rp.250.000 hingga lebih dari satu juta rupiah. Kawubu adalah burung khas yang dipelihara warga Bima di pelosok desa. Tidak lengkap sebuah rumah apabila tidak memelihara Kawubu. Apa yang saya sampaikan ini hanyalah mitos, percaya atau tidak percaya tergantung pembaca. Saya juga termasuk pencinta Kawubu karena suaranya tengah malam nan syahdu.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment