Makna Dibalik Ritual Boho Oi Ndeu
Boho
oi ndeu adalah upacara memandikan penganten.
Kegiatan ini dilakukan oleh ina ruka(inang pengasuh) dan disaksikan oleh
kaum ibu. Upacara berlangsung
pagi hari jam 09.00. karena itu upacara ini di namakan “boho oi ndeu” atau
menyiram air mandi. Pada
upacara boho oi ndeu, kedua penganten berdiri di atas “tampe dan lihu” (dua jenis alat tenun
tradisional). Keduanya berdiri menghadap
kiblat. Badan mereka disatukan dengan ikatan “ero lanta” (benang putih).
Kemudian di sekitar penganten dinyalakan lampu lilin.
Sebelum
memulai boho oi ndeu, ina ruka membaca syalawat Nabi sebanyak tiga kali,
diikuti oleh para undangan. Air yang dipergunakan untuk boho oi ndeu sebelumnya
disimpan dalam “roa bou” (periuk gerabah baru) agar terasa segar dan
dingin. Air dicampur dengan potongan dan
irisan daun pandan wangi dan bunga mundu(kembang
melati), Jampaka (cempaka) dan kananga (kenanga) sehingga
terasa wangi.
Tujuan
dari upacara boho oi ndeu adalah sebagai peringatan bagi penganten karena
kebersihan lahir bhatin merupakan modal utama dalam membina rumah tangga agar
mampu mewujudkan kehidupan bahagia sejahtera bagi keluarga juga bagi sanak
saudara dan tetangga. Semua barang atau alat yang dipergunakan dalam upacara
boho oi ndeu mengandung makna untuk dipetik hikmahnya bagi kedua penganten dalam
membina mahligai rumah tangga.
Roa
bou berisi air dingin dan irisan daun pandan wangi serta bunga melati, cempaka
dan kenanga memiliki makna tersendiri. Roa Bou simbol dari kedua
penganten yang berjiwa damai berhati bersih yang mampu mewujudkan kedamaian dan
keharuman rumah tangga dan keluarga. Ero lanta (benang putih) yang
menyatukan badan mereka, merupakan sumber persatuan berlandasan keihklasan
dalam membina rumah tangga.
Seperangkat
alat tenun “Tampe dan Lihu” tempat kedua penganten
berdiri mengandung makna bagi penganten putri, sebagai seorang ibu
rumah tangga harus terampil menenun agar dapat membantu suami dalam
membina ekonomi rumah tangga.
Ilo
lili (lampu lilin) yang menyala dikiri kanan merupakan simbol pengorbanan
kedua penganten dalam mengasuh dan mendidik putra – putrinya agar menjadi anak
yang beriman, berilmu dan beramal shaleh. Dalam bahasa Bima dikenal dengan ungkapan“ana
macia ima ro maloa ro sale”.
Mungkin
ada yang bertanya, kenapa penganten menghadap kiblat ketika boho oi ndeu
?. Jelas ada maksud dibalik itu. Harus diketahui bahwa kiblat adalah
tempat menghadap ketika hamba Allah yang beriman melaksanakan sholat wajib dan
sholat sunat. Kenapa penganten harus menghadap kiblat ? agar mereka jangan lupa
dan lengah untuk melaksakan sholat sebagai tiang agama, baik sholat wajib
maupun sholat sunat.
Sebenarnya
upacara boho oi ndeu, sudah dilaksanakan pada tahap tampu’u
rawi, yaitu menjelang kapanca dinamakan “boho oi ndeu”. Dalam
pengertian upacara mandi untuk mengakhiri masa bujang calon penganten. Proses
serta alat – alat kelengkapan yang dipergunakan hampir sama dengan upacara
boho oi ndeu.
Penulis
: Alan Malingi
Sumber
:
Upacara
Adat Pernikahan Masyarakat Bima-Dompu, M.Hilir Ismail & Alan Malingi
Post a Comment