f Selamatkan Permainan Rakyat Tradisional Bima - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Selamatkan Permainan Rakyat Tradisional Bima



Salah satu khasanah kebudayaan Bima adalah permainan dan olahraga tradisional yang dikenal dengan istilah Mpa’a ro Mpije. Pada masa lalu Mpa’a ro Mpije ini cukup marak digelar di kampung-kampung,bahkan saya punya pengalaman dan kesan dengan mpa’a ro mpije ini. Namun kini, mpa’a ro mpije mulai punah dalam masyarakat. Meskipun ada beberapa sekolah di Bima yang masih memperkenalkan dan mengajarkan tentang Mpa’a ro mpije di lingkungan sekolah. Di lingkungan masyarakat mpa’a ro mpije sudah punah.


Menyelematkan dan melestarikan mpa’a ro mpije memang sudah sulit ditengah hadirnya berbagai macam permainan dan game on line yang kini menjadi candu bagi generasi milenial, terutama anak-anak dan remaja. Tetapi menurut saya hal ini belum terlambat, karena jejak dan tata cara mpa’a ro mpije masih terekam. Salah satunya adalah yang pernah saya tulis dengan almarhum M. Hilir Ismail sebagai MULOK pada tahun 2010.Kini, di tengah gencarnya kegiatan literasi dan ikhtiar mewujudkan Bima sebagai daerah literasi, perlu diselipkan mpa’a ro mpije ini dalam kegiatan literasi seperti yang dilakukan oleh Komunitas Budaya Makembo dan Mbojo Itoe Boekoe.
Kelompok Mpa’a ro mpije dalam bentuk dolanan antara lain adalah Ae ae na, Puri-Puri Kalo, Tutu Kalikuma, Cipe Langgipe, Ti Pataha, Mpa’a Ncimi Kolo, Mpa’a Ngge’e, mpa’a arugele, Kali Amba, Mpa’a Songko Janga. Sedangkan mpa’aro mpije yang masuk dalam kelompok olahraga adalah Mpa’a Tapa Gala, Mpa’a Kawongga, Mpa’a Taji Toba, Mpa’a Ndunggi, Mpa’a Hola, Tapa Londe, Mpa’a Taji Rai, mpa’a fenti, mpa’a nggilo maju, mpa’a tobe rabe, mpa’ karumpa, dan mpa’a topa lele. Masih banyak lagi mpa’a ro mpije baik yang masuk dalam kelompok dolanan maupun olahraga.
Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Permainan yang ditampilkan cukup beragam, ada kesenian yang berfungsi sebagai hiburan dan ada pula berupa olahraga guna mengadu ketangkasan, kecepatan dan kekuatan. Kecenderungan anak-anak melupakan Mpa’a Rompije milik sendiri dan mencintai jenis permainan luar yang dapat merusak akhlak dan moral mereka, harus segera dicegah. Pemerintah harus melaksanakan proses belajar Mulok (Muatan Lokal) dengan optimal. Para Guru Mulok berkewajiban untuk meningkatkan apresiasi anak terhadap Mpa’a Rompije Mbojo.
Dengan demikian anak akan kembali mencintai Mpa’a Rompije milik sendiri. Halaman rumah dan sekolah akan dimeriahkan oleh gelak tawa serta canda ria anak yang sedang meperagakan kebolehan mereka memainkan berbagai jenis Mpa’a Rompije.
Kalau harapan itu menjadi kenyataan, maka sesungguhnya kita telah berhasil menyelamatkan sang anak dari ancaman budaya luar budaya yang merusakan akhlak dan kepribadian bangsa. Peran para Ulama dan Tokoh Adat tentu sangat diharapkan dalam upaya pelestarian budaya lokal Mbojo. Termasuk melestarikan Mpa’a Rompije sebagai salah satu aspek dari unsur budaya.
Mari Selamatkan Mpa’a ro mpije dari Tanah Bima……..!
Salam budaya,
Salam literasi,
Alan Malingi


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.