Literasi Di Era 4.0
![]() |
Foto bersama pengurus Rumah Pustaka Desa Rato kecamatan Lambu |
Literasi sebenarnya lagu lama yang digaungkan kembali. Semangat literasi sesungguhnya telah digaungkan oleh leluhur masyarakat Bima sejak era kesultanan. Penulisan BO dan berbagai catatan tentang sejarah Bima adalah salah satu bukti bahwa di masa silam, leluhur masyarakat Bima adalah kaum literat. Keberadaan aksara Bima juga memberikan bukti bahwa literasi telah menjadi bagian dalam sendi peradaban di masa silam.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada 6 literasi Dasar yang saat ini menjadi fokus perhatian untuk digalakkan, yaitu Baca-Tulis, numeras(pengetahuan terhadap angka dan simbol)i, sains( iptek), finansial( Pengelolaan Keuangan), budaya dan kewargaan dan literasi digital.
![]() |
Terima kasih atas penghargaannya |
Ke enam literasi itu saling berkaitan satu sama lain. Literasi sains dan digital memegang peranan penting di era revolusi pendidikan 4.0 yang juga dibarengi dengan perkembangan revolusi industri 4.0 bahkan sudah mencapai 5.0 saat ini. Untuk menyambut era yang serba digital dan canggih saat ini, maka diperlukan sedikitnya empat ketrampilan yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang dikenal dengan Ketrampilan Abad 21. Ketrampilan itu adalah kemampuan critical thinking atau berpikir kritis,collaboration atau kemampuan untuk berkolaborasi, comunication atau kemampuan untuk berkomunikasi, dan creativity atau kreativitas dan inovasi.
Era revolusi Industri telah mencapai tingkat yang sangat canggih saat ini. Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap. Revolusi kedua ditandai dengan penemuan listrik dan telepon. Revolusi ketiga adalah penemuan komputer. Revolusi ke empat atau yang dikenal dengan era 4.0 adalah penggunaan internet. Kini Jepang telah mengembangkan revolusi 5.0. Jika era 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di internet. Maka era 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
![]() |
Saat memaparkan tentang Literasi Di Era 4.0 |
Kini, di tengah kebangkitan semangat kaum muda untuk ber-literasi adalah energi positif yang harus disambut oleh semua pihak, terutama pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Kabupaten Bima telah menerbitkan Peraturan Bupati nomor 19 Tahun 2019 tentang Kabupaten Bima Sebagai Kabupaten Literasi. Perbub ini harus diimplementasikan di lapangan agar tidak menjadi payung bisu. Gerakan literasi sesuai amanat Perbub ini harus gencar di tengah masyarakat. Sasaran literasi tidak hanya pada lingkungan sekolah, tetapi literasi keluarga dan masyarakat memegang peranan penting dan saling menguatkan sehingga tercipta satu gerakan yang masif, terarah, terpadu dan berkelanjutan.
Pengalaman saya bersama Komunitas Majelis Kebudayaan Mbojo ( Makembo), Mbojo Iteo Boekoe dan komunitas lainnya menggelar kegiatan “ Kebun Literasi “ di enam kecamatan selama tahun 2019 menunjukkan bahwa semangat ber-literasi cukup tinggi. Kebun Literasi adalah singkatan dari Kemah Budaya Dan Literasi.Dalam kebun literasi disemai, ditanam, dipelihara ilmu pengetahuan dan nilai nilai kearifan budaya lokal. Tahun 2020, Kebun Literasi akan terus dilakukan dengan melibatkan lebih banyak lagi stakeholder, sehingga kebun literasi akan terus bersinergi dengan ikhtiar Pemerintah Kabupaten Bima sebagai Kabupaten Literasi.
Gema literasi di tingkat desa yang saat ini mulai bergerak meskipun baru empat desa yang telah membentuk pengurus dan perpustakaan desa. Literasi yang berawal dari desa sangat memungkinkan dimana desa memiliki kewenangan anggaran untuk membangun perpustakaan dan membentuk pengurus perpustakaan. Bahan bacaan tentang Bima sebenarnya cukup banyak. Bahan bacaan itu diinventarisasi dengan menghubungi para penulis dan penerbit yang menerbitkan buku-buku lokal, sehingga buku lokal tetap ada di setiap perpustakaan bersama buku-buku umum lainnya.
Desa juga bisa membentuk “ Kampung Literasi “ dengan memanfaatkan kaum muda, para sarjana, karang taruna dan elemen kreatif di desa. Semoga kehadiran empat perpustakaan di empat desa saat ini akan menggugah semangat 187 desa lainnya di kabupaten Bima untuk membangun dan mengembangkan perpustakaan dan kampung literasi.
• Penulis adalah pemerhati Budaya dan Fasilitator Literasi Regiona Bali, NTB dan NTT.
• Materi ini disampaikan pada Pelantikan Dan Lounching Pustaka Desa Rato kecamatan Lambu, 24 Desember 2019.
• Materi ini disampaikan pada Pelantikan Dan Lounching Pustaka Desa Rato kecamatan Lambu, 24 Desember 2019.
Post a Comment