Percepatan Pembangunan Pariwisata Kota Bima
![]() |
Festival Pantai Lawata |
Saya mendapat kehormatan menjadi Tim Work percepatan Pembangunan Pariwisata Kota Bima melalui SK Walikota Bima. Rapat perdana tim dilaksanakan di Aula Walikota Bima pada Kamis siang, 12 Desember 2019.Tugas tim adalah merumuskan langkah langkah percepatan pembangunan Pariwisata Kota Bima kepada Walikota untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Bima.
Pembangunan Pariwisata terlalu luas jika hanya dibebankan pada Dinas Pariwisata. Sektor yang seksi ini memang harus ditangani oleh liintas sektor terutama keterlibatan masyarakat di dalamnya. Kabupaten Banyuwangi telah menjadikan seluruh Organisasi Perangkat Daerah sebagai Dinas Pariwisata.Pemkab Banyuwangi mewajibkan OPD terkait untuk menyelenggarakan program kegiatan yang menyentuh kepariwisataan.
Contoh kecil saja, Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan bisa menggelar kegiatan yang menyentuh pariwisata seperti lomba mendongeng, pameran buku dan kemasan kegiatan literasi. Demikian pula OPD lainnya dapat bersinergi mendukung program kepariwisataan Kota Bima.
Kota Bima memiliki destinasi wisata yang lengkap mulai dari wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, wisata religi dan bahkan. wisata minat khusus. Sebaran potensi tersebut tinggal dikemas dalam zonasi pengembangan kepariwisataan kota Bima.
Hal yang menggembirakan saya adalah adanya keinginan Walikota Bima untuk mengembangkan wisata Gua. Sebaran Gua peninggalan masa pendudukan Jepang di Kota Bima cukup Banyak. Di Jati Baru Barat dan Jati Baru Timur saja terdapat 12 Gua Nipo, di Lawata ada 2 Gua Nipo dan belum diketahui di tempat lainnya. Disamping itu, Pemkot Bima juga berencana merenovasi Asi Kalende sebagai salah satu destinasi wisata Budaya.
Sejumlah kampung di Kota Bima sangat layak untuk dikembangkan menjadi kampung wisata dengan didukung oleh kelompok masyarakat seperti Pokdarwis, karang taruna dan kelompok kelompok porduktif di masyarakat. Ntobo dan Busu menjadi Kampung Tenun, Lelamase menjad kampung budaya karena rangkaian prosesi daur hidup masih lestari di sana yang didukung pula dengan keberadaan Pundu Nence. Oi fo o dan Nitu bisa dikembangkan menjadi kampung agro wisata, rabadompu dan Kumbe bisa dikembangkan menjadi kampung wisata tenun, Penanae menjadi kampung pengrajin senjata tradisional ,Kolo dan sekitarnya menjadi kampunh nelayan.Demikian pula dengan kelurahan kelurahan lainnya,bisa dikembangkan menjadi kampung wisata sesuai karakteristiknya.
Pada pertemuan itu, saya juga mengusulkan agar setiap destinasi wisata dibuatkan prasasti sejarahnya seperti sejarah pantai lawata, Wadu Mbolo, Ule, Bono, Toro Londe,Kolo, Oi Mbo, Asi Kalende, Langgar Kuno Melayu, makam Dana Taraha, Makam Tolobali, teemasuk Gua Gua Jepang serta destinasi lainnya.
Hal yang menarik juga adalah pemaparan Kepala DLH Kota Bima Drs.H.Alwi Yasin, MM dengan tajuk " Lawata Rindang dengan tanaman khas Bima seperti Waru, Rida dan sejenisnya yang sangat cocok untuk tekstur tanah bukit Lawata.
Banyak hal yang dibahas pada forum itu.Saya mengajak Tim Work untuk menbudayakan pembangunan dan jangan menjadikan budaya sebagai anak tiri pembangunan. Contoh kecil saja, pada setiap rapat kita selalu mengesampingkan kue tradisional dan air kemasan lokal. Sudah saatnya kita membantu para pengusaha dan pedagang kue tradisional sebagai bentuk dukungan kita dalam membudayakan pembangunan.
Hal yang menarik juga adalah pemaparan Kepala DLH Kota Bima Drs.H.Alwi Yasin, MM dengan tajuk " Lawata Rindang dengan tanaman khas Bima seperti Waru, Rida dan sejenisnya yang sangat cocok untuk tekstur tanah bukit Lawata.
Banyak hal yang dibahas pada forum itu.Saya mengajak Tim Work untuk menbudayakan pembangunan dan jangan menjadikan budaya sebagai anak tiri pembangunan. Contoh kecil saja, pada setiap rapat kita selalu mengesampingkan kue tradisional dan air kemasan lokal. Sudah saatnya kita membantu para pengusaha dan pedagang kue tradisional sebagai bentuk dukungan kita dalam membudayakan pembangunan.
Dalam mengemas event pariwisata, perlu dilakukan koordinasi lintas sektor agar penyelenggaraan event terkonsentrasi pada waktu tertentu sehingga dapat dibuatkan kalender event untuk secara bersama sama dipromosikan. Contoh,Kota Kediri Jawa Timur mengemas event wisata dan budaya dengan tajuk " Kediri Merajut Harmoni ". 15 event dilaksanakan dalam waktu 2 bulan dengan tanggal kegiatan yang sudah matang sehingga setiap orang yang berkunjung dapat menilih event yang diminati.
Post a Comment