f Ajaran Dua Belas - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Ajaran Dua Belas


Selasa, 22 Dzulkaidah 1203 Hijriah atau bertepatan dengan 15 Agustus 1789, Sultan Bima Abdul Hamid Muhammadsyah mengeluarkan sebuah dekrit penetapan lambang kesultanan Bima yaitu garuda berkepala dua yang menoleh ke kiri dan ke kanan sebagai lambang keseteraan hukum adat dan hukum islam. Pada sayap kanan burung garuda memiliki 12 helai yang merupakan lambang hukum islam. Bulu luar sebanyak 7 helai melambangkan ilmu fiqih dengan 7 buah kitab sebagai sumber. 5 helai pada bulu bagian dalam melambangkan 3 ilmu tauhid dan 2 ilmu tasawuf. 12 kitab sumber itu didasari oleh buah pikiran ulama ulama besar dari abad ke 7 hingga abad ke 13 yang dikenal dengan ajaran dua belas atau ahlus-Sunmah wal jama'ah. Ajaran Dua belas ini tentunya tidak sama dengan imam dua belas dalam ajaran syiah.


Ahlus-Sunnah wal Jama'ah atau golongan yang menjalankan sunnah (Muhammad) dengan penekanan pada peneladanan peri kehidupan Muhammad. Mayoritas umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni. Sunni kadang-kadang disebut sebagai "Islam Ortodoks". Namun, para peneliti Islam, seperti John Burton percaya bahwa tidak ada yang namanya "Islam Ortodoks".
K.H. Bisri Mustafa menerangkan bahwa faham Ajaran Dua Belas atau ahlu sunnah wal jamaah mengikuti salah satu mazhab 4 dalam soal soal hukum islam. Sedangkan masalah tauhid mengikuti ajaran ajaran Imam Abu Hasan Al Asyari dan Imam Abu Mansyur Al Maturidi. Berkaitan dengan ilmu tasawuf mengikuti ajaran imam Abu Qasyim Al Junaid. Dekrit Abdul Hamid menjadi momentum penting bagi kesultanan Bima menetapkan arah dan cita cita bersama menuju hari esok yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan melalui penerapan hukum islam dan hukum adat secara selaras dan seimbang.
Dekrit Abdul Hamid memberikan kejelasan identitas kesultanan Bima yang menganut faham Ahlusunnah waljamaah, meskipun banyak aliran aliran islam yang masuk ke Bima sejak abad ke 17. Kesultanan Bima tetap menghargai perbedaan yang ada di masyarakat. Garuda berkepala dua dengan sejumlah falsafah dan cita cita hidup di dalamnya, adalah karya terbaik dalam sejarah Bima. Hal ini menunjukkan betapa visionernya pemimpin tanah Bima di masa lalu dalam membangun tata kehidupan politik, penerintahan,hukum, soial dan keagamaan. Jika dua kepala burung garuda melambangkan hukum adat dan hukum islam,maka seluruh tubuh burung garuda melambangkan sultan yang akan menerbangkan burung garuda ke pantai impian yaitu Baldatun Toiyibatun Warabbun Gafur.
Sumber Pustaka :
1.      Sejarah Bima Dana Mbojo, Abdullah Tayib, BA
2.      K.H. Bisri mustafa,  tafsir al-Ibriz li Ma’rifah Tafsir al-Qur’an al-‘Aziz.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.