Raja Masa Kini
Sejak tahun 1994 telah digagas Festival Keraton Nusantara oleh Forum Komunikasi Dan informasi Keraton Nusantara(FKIKN). Bima adalah salah satu penggagas event budaya nusantara itu. Menurut Almarhumah Dr.Hj. Siti Maryam Salahuddin, syarat untuk bergabung di FKIK kala itu cukup ketat yaitu khusus untuk lembaga kerajaan dan kesultanan yang masih memiliki istana, memiliki Raja atau Sultan, memiliki tradisi tradisi yang masih hidup dan terpelihara serta persyaratan lain seperti keberadaan benda benda pusaka serta naskah naskah.
Namun pada dekade selanjutnya, muncul lagi FSKN atau Forum Silaturahmi Keraton Nusantara yang juga menggelar event yang sama seprerti FKN. Keduanya tetap dalam semangat yang sama yaitu melestarikan tradisi tradisi yang pernah tumbuh dan berkembang di lingkungan masing masing dalam bingkai keberagaman Nusantara.
Semangat FKN maupun FSKN telah membangkitkan semangat dari kalangan keturunan Raja Raja Nusantara untuk bergabung dan membentuk lembaga lembaga adat kerajaan dan kesultanan di masing masing wilayah yang berimplikasi pada maraknya pengkajian sejarah dan budaya. Bahkan sering memperdebatkan tentang kerajaan mana yang lebih dulu ada atau datang belakangan. Padahal semangat FKN maupun FSKN adalah sejauh mana eksistensi kerajaan dan terpeliharanya tradisi hingga saat ini.
Yang tidak kalah hebohnya adalah pertarungan perebutan tahta atau trah keturunan di antara kaum bangsawan yang menjurus pada perpecahan internal. Kalau dulu ada Belanda yang mengadu domba internal kerajaan, namun sekarang kaum bangsawan justru diadudomba oleh kepentingan masing masing.
Lembaga kesultanan Bima tidak sepi dari kritik, pro dan kontra. Penobatan sultan,penobatan Jena Teke dan kegiatan kegiatan FKN selalu mendapatkan krititk pro dan kontra. Kritikan itu adalah wajar karena pemahaman tentang keberadaan lembaga kerajaan dan kesultanan yang berbeda di kalangan masyrarakat saat ini. Karena dalam perspektif NKRI sudah tidak ada lagi Raja dan sultan sebagaimana dulu.
Keberadaan lembaga kesultanan Bima hanyalah sebagai wadah pelestarian budaya dan tradisi dan bukan untuk berkuasa sebagaimana dulu. Dengan kata lain sebagai panjaga marwah kebudyaan. Karena para Raja dan Sultan Se nusantara telah sepakat untuk menjaga keutuhan NKRI sebagai harga mati dalam keberagaman budaya nusantara. Tidak mungkin ada negara dalam negara. Keberadaan Raja dan sultan dengan segala atributnya adalah simpul sinpul budaya sebagai kebanggaan bersama.
Kita selayaknya bangga bahwa Bima masih melestarikan tradisi tradisi seni dan budaya baik yang bersumber dari istana atau di luar istana. Keduanya harus tetap sama sama dilestarikan dan dijaga eksistensinya. Event seperti FKN, Penobatan sultan, hanta Ua Pua adalah tradisi istana yang harus tetap lestari, demikian pula dengan kesenian kesenian dan tradiisi di masyarakat harus tetap lestari melalui berbagai evemt event budaya dan maraknya kegiatan festival yang diselenggarakan akhir akhir ini.
Post a Comment